Sabtu, 30 Mei 2015

Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia

 
Perkembangan pendidikan nasional kita dimulai sejak tahun 1947 atau tepatnya 2 tahun  setelah Indonesia menyatakan kemerdekaanya, namun kurikulum pertama di Indonesia secara resmi ada tahun 1968.

Kurikulum 1968
Sifat: perubahan dari program Pancawardhana (Kurikulum 1964) yang menitikberatkan pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keperigelan, dan jasmani.

Sedangkan Kurikulum 1968 menitikberatkan pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Pengganti kurikulum Orde Lama ini lebih menekankan kelompok pembinaan Pancasila.

Pelajaran inti: pelajaran ilmu hayat dam ilmu alam, digabung menjadi ilmu pengetahuan alam (IPA)

Kurikulum 1975Sifat: berorientasi pada tujuan. Tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler, instruksional umum, dan instruksional khusus. Perbedaan dengan kurikulum sebelumnya adalah memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.

Pelajaran inti: agama, pendidikan moral Pancasila, bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan sosial (IPS), matematika, IPA, olahraga dan kesehatan, kesenian, serta keterampilan khusus.

Ciri Kurikulum 1975 adalah dimulainya penjurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, dan bahasa.

Kurikulum 1984Sifat: berorientasi pada tujuan instruksional.

Pelajaran inti: agama, pendidikan moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, bahasa dan kesusasteraan Indonesia, geografi Indonesia, geografi dunia, ekonomi, kimia, fisika, biologi, matematika, bahasa Inggris, kesenian, keterampilan, pendidikan jasmani dan olahraga, serta sejarah dunia dan nasional.

Alasan pergantian kurikulum kali ini adalah memenuhi tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat. Selain itu, pendekatan berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).

Tujuan pengadaan program studi baru (seperti di SMA) adalah memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja. Perubahan penjurusan dengan istilah program A dan B mulai SMA.

Program A: A1 adalah fisika. A2 untuk pelajaran biologi. A3 untuk pelajaran ekonomi. A4 lebih penekanan bahasa dan budaya.

Program B: Lebih menekankan keterampilan kejuruan.

Kurikulum 1994Sifat: diterapkannya sistem caturwulan dan bersifat populis. Dengan sifat populis, masing-masing daerah dapat mengembangkan pelajarannya sendiri yang disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan dalam tataran jawaban dari murid, guru memberikan soal yang jawabannya dimungkinkan lebih dari satu jawaban.

Kurikulum 2004Sifat: sentralis pendidikan. Bersifat sentralis karena kurikulum ini disusun oleh tim pusat.

Kurikulum 2004 lebih dikenal dengan Kurikulum Penguasaan Materi Hasil dan Kompetensi (KBK). KBK tidak mempersoalkan proses belajar, tapi mementingkan peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.

Jumlah jam pelajaran 32-40 jam per minggu, tapi jumlah mata pelajaran belum bisa dikurangi. Sedangkan Kurikulum 2004 harus mencakup muatan lokal; kegiatan pengembangan diri; pengaturan beban belajar; kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan; pendidikan kecakapan hidup; serta pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

Kurikulum 2006Sifat: desentralisme pendidikan. Pada kurikulum ini, guru daerah dapat mengembangkan kerangka dasar yang disusun oleh tim pusat.

Tujuan utama Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, serta kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum 2013Sifat: pendidikan berbasis karakter. Kurikulum 2013 mengutamakan pemahaman, keterampilan, dan siswa dituntut memahami materi, aktif berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Dalam Kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan sesuai dengan keinginan peserta didik.

Sumber : http://www.tempo.co/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar